Langsung ke konten utama

Sebut saja namanya ADE


 Sudah tahu bahwa dia milik orang lain masih saja diperjuangkan. Apa sih yang mau dicari? Cinta? Bukan kah kamu tahu kalau dia lebih memilih Juna ketimbang dirimu?
 Keras sekali pikiran Pangestu pada malam itu, mungkin itulah yang dinamakan dengan galau, galau karena cinta. Dimana kita mati-matian mikirin dia, tapi dia gak mikirin kita walaupun udah mati. Semenjak putri memilih bersama Juna, terlihat sekali mereka jarang bersama layaknya pasangan yang sedang pacaran. Mungkin itu jugalah yang membuat Putri bisa jalan atau sekedar main bareng dengan temannya yang pria, maupun dengan pria yang memang sedang mengejar cintanya. Ada beberapa rekan pria, atau biasa disebut dengan fans, iya fans yang suka dengan Putri, mulai dari chat gak jelas, ajak jalan, hangout, makan bareng, kondangan, atau apapun itu asalkan bisa berdua dengan Putri. Ada satu, yang nampaknya mulai menunjukkan tajinya dengan gahar. Pada awal-awal permulaan, Pangsetu tau betul jalan ceritanya. Karena pada saat itu Putri lebih dekat dengan Pangestu ketimbang dengan yang lain, apalagi dengan orang ini. Ialah Ade, bukan adik kelas sekolah maupun kuliah, bukan juga ade adean, tapi dia bernama Ade. Dia adalah teman kecilnya Putri, teman sekolah dasar, yang sudah pasti lebih dulu mengenal dirinya ketimbang aku. entah sudah beberapa bulan belakangan ini, nampaknya dia mulai kembali intens menghubungi Putri, mulai dari sekedar basa-basi sampai hal yang basi bisa dijadikan bahan pembicaraan dengan putri. Dia pintar ambil suasana hati Putri, dia Selalu hadir bak pahlawan yang ditunggu ketika peperangan. Berani mengorbankan sesuatunya untuk Putri, padahal yang kalau ditelusuri jejaknya Putri bukanlah siapa-siapanya Ade, tapi nampaknya Ade terlihat tulus dengan apa yang dia berikan untuk Putri. Mulai dari uang, barang dan yang terpenting Waktu.Sudah banyak waktu yang Ade korbankan demi menemani kegiatan yang formal maupun kegiatan kegabutan yang Putri lakukan. Karena kedekatan mereka semakin erat, sempat beberapa hari yang lalu, Putri diajak untuk main ke rumah Ade bertemu dengan orangtua nya Ade.Putri udah punya pacar?” tiba-tiba mengagetkan Putri ketika disela-sela keheningan suasana. Karena disitu hanya ada Putri dan mamahnya ade, Ade sedang keluar sebentar membeli makanan untuk mereka bertiga. udah tante, Putri udah punya pacar” jawaban pelan keluar dari mulutnya Putri. oh kirain belum punya pacar, kapan rencana nikah Put?” ternyata pertanyaan kedua lebih mengagetkan Putri. Sontak Putri refleks membalas dengan jawaban yang kalau didengar bisa merupakan suatu tantangan bagi pihak lawan jika dia menyadarinya. belum tau tante, tunggu ada yang datang aja kerumah.. hehehe” dengan polosnya Putri membalas pertanyaan tersebut ke- bakal calon mertuanya, inget baru bakal calon, bukan calon, apalagi bener mertuanya, belum sampai situ kok. Jadi buat kamu Pangestu, gausah panik. sama Ade juga gitu, ditanya kapan nikah, jawabnya belum tau mulu, padahalkan modal udah ada, kerjaan ada, tinggal calonnya aja yang belum. Kan mamahnya juga pengen put gendong cucu.” Dengan raut wajah yang serius namun dengan senyum manis khas rayuan wanita, begitulah mamahnya Ade berucap di depan Putri. Bincang empat mata seperti itu nampaknya membuat Putri canggung, terlebih lawan bicaranya ialah orang yang lebih tua daripada dia, dan orang yang paling dekat dengan orang yang sedang dekat dengannya. Karena memang suasana nya tidak kondusif, suasana hati maksudnya. Jadi tidak banyak yang di perbincangkan mereka berdua, namun titik poinnya ada diperbincangan yang barusan diatas. Tidak lama berselang Ade datang dengan makanannya, dan kembali pada obrolan yang biasa- biasa saja, tak ada sentuhan ke perjodohan atau pula percintaan. Layaknya makanan, obrolan yang di makan pun hanya ringan ukurannya. Ini merupakan sedikit cerita yang diceritakan oleh Putri kepada Pangestu ketika mereka bertemu dalam waktu yang singkat. Pangestu mengajak Putri untuk sekedar cari angin dijalan, padahal dirumah juga ada angin, lewat kipas, hanya saja itu sebuah alasan untuk menutupi tujuan utama Pangestu yang ingin bertemu Putri melepas rindu walau sesaat. Alih-alih cerita menyenangkan yang ingin Pangestu dapatkan, nyata nya malah kedekatan Putri dengan Ade yang semakin tak dapat dipisahkan. Tetap tegar, stay cool berpura-pura sedang baik-baik saja. Setelah Putri cerita dengan puas, sedikit ada candaan diselipkan, “tu, gimana kalau kamu duluan ya yang datang ke rumah ketemu sama ibu, bawa keluarga kamu.. hahaha”nyesss….. merasa tertantang hatinya Pangestu mendengar Putri berucap seperti itu, tapi nampaknya iya akan mengubur dalam-dalam tantangan itu. Bagaimana tidak, bukankah semua ini karena lambatnya gerak arjuna? Jika juna gerak dengan cepat dan sigap pastilah Putri tak akan berkata seperti itu kepadaku, emang jodohku ditangan Juna? Ucap Pangestu dalam hati.Tapi hati kecil yang tak bisa bohong pun ikut berucap, bukankah itu memang jalanmu untuk mendapatkan cintanya? Itu tandanya kamu lah yang terpilih jika kamu duluan yang datang. Tak banyak waktu yang digunakan, dan juga tak banyak cakap yang keluar dari mulut mereka, lantaran hati Pangestu yang campur aduk, dengan adanya cerita terbaru dari Putri, Putri pun tak ambil pusing dengan keadaan Pangestu lantaran dia focus dengan Handphone nya dan memang gak niat-niat banget sih keluar rumah.Anginnya segar, tapi ceritanya yang bikin sumpek. Niat keluar untuk gembirakan hati, yang ada malah bikin sedih, Stay strong Pangestu. Dan benar, mereka pun pulang . Pangestu mengantar Putri duluan kerumahnya, dan dikembalikanlah dengan selamat dan sehat. Lain hal nya dengan Pangestu ketika pulang. Bukan luka bacokan atas begal, atau pula tembakan peluru dari tim rajawali, melainkan cerita Putri yang membuat sakit, tapi tak berdarah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hati sih iri kalo liat blog orang, banyak postingannya, tulisannya bagus, kalimatnya rapih, ada gitu kepinginan dalam hati bahwa "aku ingin seperti mereka" yang pandai menulis, pandai mengarang kata, pandai menyusun kalimat, aku ingin. Awalnya aku tidak tertarik sama sekali dengan dunia baruku ini. pusing dengan banyaknya huruf, bete dengan sajak yang tak layak, bosan dengan kertas, ah pokoknya aku tidak senang. Tapi entah kenapa kok sekarang aku jadi menyukai ini? aku ingin belajar ini. aku ingin menulis. bercerita lewat sebuah pena. bercerita kepada semua. bercerita yang tak ada batasnya.bercerita tentang langit muda. jingga dalam senja ataupun bintang dalam malam. mudah-mudahan aku bisa sedikit demi sedikit, apa yang aku bisa tulis aku akan tulis .

posting number one

assalamualaikum ..... ya , ini adalah posting pertama gua di blogger ini. Tentunya ya masih banyak kesalahan , jadii maapin yaaa .. sebenernya sii udah dari lama gua punya beginian, eh tapi sayang gua lupaa ps nya , huuu jadii bikin baru lagi deh .. oiya , nama gua Muhammad Abi Aulia anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Bp.Jumadi dan bu Nafsiah ...*ga nanya biih ... sekian ....

Putri, Pangestu, dan Arjuna

Sampai harus chat banyak dulu dan gak jelas juga, baru dilihat.  Itu juga karena terpaksa, apaansih ini dia? Gak jelas banget. Ucapnya putri dalam hati sambil buka chatnya. Gerutu tak berkesudahan sampai juga ke jemarinya. Seperti disuruh, jempolnya pun enggan untuk membuka pesan singkat dari Pangestu. Seperti ada sihir yang datang dari otak ke jemarinya sudahlah gausah dibaca, gapenting juga, yang lain aja, tuh ada si dia, bales dia aja, kalo si dia yang itu mah nanti aja gampang alasannya, cingcailah. Nampaknya jempolnya mengangguk yang menandakan bahwa ya, aku setuju. Satu sisi mungkin hatinya Putri sedang berbunga lantaran ada “seorang” yang datang bak seorang pangeran. Dari sisa-sisa sakit yang dialami putri, dia merasa kedatangan Arjuna merupakan obat baginya. Ya, obat penyakit dalam yang dideritanya akibat harapan yang tak jelas ujungnya. Sehingga kapanpun obat itu ada, segeralah pikiran dan arahan itu datang seraya berkata, minumlah. Tentunya...